Menuju Indonesia Yang Lebih Bercahaya



Seorang anak tertegun diatas meja, membayangkan suasana kota yang berkilauan saat dimalal hari. Air matanya jatuh tak tertahankan, lalu diusapnya dengan baju putih koko yang dikenakannya. Sambil acuh dan berusaha dengan keras anak itupun melupakan khayalannya. Tahukah anda siapakah anak itu ? dia adalah seorang anak petani di pedalaman Kalimantan dan sumatera, sulawesi, tanah Papua dan bahkan sebagian daerah jawa yang tak pernah merasakan nikmatnya belajar malam dengan penerangan listrik. Penulis masih ingat dengan cerita orang tua penulis tentang rajutan cerita unik anak anak zaman dahulu. Anak anak kecil tahun 1960-1990-an bila ingin belajar malam harus mencari lampu minyak atau sebongkah lilin. Sebuah usaha yang kini sangat jarang kita temui.

Kita mendambakan sesuatu yang luar biasa dengan Indonesia kita. Sesuatu itu adalah Indonesia yang lebih bercahaya. Seluruh warga Indonesia memiliki hak untuk diperlakukan sama oleh pemerintah, baik yang berada di desa, pedalaman maupun kota. Pengelolaan listrik oleh jawatan pemerintah yang disebut sebut paling bergengsi di kawasan ASEAN masih tak mampu menjangkau beberapa daerah pedalaman, masih saja ada wilayah yang harus membeli lilin dan lampu minyak.

Mereka tidak kreatif!,,,ungkapan ini pernah dilontarkan seorang pejabat pemerintah yang menurut penulis benar benar telah menunjukan seorang wakil rakyat yang gagal total. Kata kata itu dilontarkan kepada masyarakat desa, pedalaman yang belum menerima aliran listrik. Mereka berasumsi bahwa masyarakat desa tidak kreatif untuk mendapatkan aliran listrik, menurut mereka pindah saja dari desa ke kota dan boyong semua keluarga.

Penulis ingat akan satu hal, saat penulis berkunjung ke sebuah pameran hasil karya mahasiswa ITB, sejenak penulis tertegun pada sebuah stand yang memperagakan animasi turbin yang mampu mengahasilkan listrik untuk masyarakat desa. Turbin tersebut terbuat darui rangkain besi dan digerakan oleh air sungai. Elemen listriknya sudah dimodifikasi sedemikan kreatif oleh para mahasiswa. Benar benar kreatif dan solutif. Bila proyek miniature tersebut itu diterpakan di pedalaman dan desa maka alangkah luar biasanya negeri ini. kemudian penulis mengajukan satu pertanyaan kepada sang peraga, “ mas kira kira kalau membangun turbin kreatif ini harus merogoh uang berapa juta ?” kira kira 20 juta sudah bisa menjangkau 1-2 desa mas. Ini benar benar gagasan yang sangat luar biasa. Mahasiswa tersebut menambahkan, “ namun begini mas, masalahnya hingga sekarang kami tidak mendapatkan dukungan yang serius dari pemerintah untuk pengembangan turbin listrik ini, kami siap bekerja bila pemerintah menyediakan support dana, kami juga kan terbatas”. Lagi lagi masalah klasik, uang.

Catatan penulis dari total subsidi listrik tahun 2011 mencapai Rp 18,55 T. dengan rincian untuk sasaran rumah tangga sebesar RP 18,28 T dengan 19,70 juta pelanggan. Untuk sasaran social sebesar 5,36 M dengan jumlah pelanggan sebanyak 563 pelanggan. Untuk sasaran bisnis sebesar 256,39 M dengan 333 ribu pelanggan. Sedangakan untuk industri sebesar Rp 100 juta untuk 157 pelanggan, terakhir untuk pemerintahan sebesar RP 12,40 M untuk 15 ribu pelanggan.

Nilai subsidi itu terhitung besar untuk sebuah Rencana Anggaran Dan Pendapatan Belanja Negara (RAPBN). Indonesia suatu saat harus lebih bercahaya lagi, subsidi yang dikeluarkan oleh pemerintah jangan hanya dinikmati oleh segolongan saja, bahkan penulis menyarankan agar pemerintah menaikkan TDL bagi para pengguna listrik lebih dari 450 kwh. Subsidi yang diberikan harus benar-benar diawasi dan dievalusi apakah sudah tepat sasaran atau belum. Kebocoran listrik hasil “kreatif” orang orang yang yang tidak bertanggung jawab selayaknya ditindak tegas oleh pemerintah. Karena ternyata, baik dari tataran masyarakat, korporasi maupun pemerintah sama sama pernah melakukan pencurian listrik. Maka nyatalah kerugian yang harus dirasakan oleh jawatan listrik nasional PLN yang kini dibawah lokomotif Dahlan Iskan.

Dahlan Iskan disebut sebut sebagai ponggawa PLN yang lumayan nyentrik. Bagaimana tidak, selama masa jabatannya dia tidak pernah menikmati gajinya. Disinyalir Dahlan Iskan ingin membuktikan pada khalayak ramai bahwa PLN ingin segera berbenah, dan pembenahan tersebut diawali oleh dirinya sendiri. Sebelum Dahlan Iskan bertengger di kursi presiden PLN, pemerintah harus mengeluarkan puluhan juta rupiah untuk menggaji seorang Dirut PLN plus bonus dan cicilan pesangon untuk masa akhir jabatanyya. Kini, pemerintah dapat lebih berhemat dengan ide unik Dahlan Iskan. Standing Applause dong buat Dahlan Iskan!!...

Perubahan PLN memang cukup terasa selam dibawah arahan DI, program teranyar yang dirilis cukup menjanjikan. Listrik prabayar. Seorang pelanggan dapat mengatur penggunaan listriknya dengan membeli besaran kwh. Seperti halnya kita membeli pulsa, setiap habis pulsa kita dapat mengisi voucer kembali. Tentu saja counter-nya hanya dimiliki PLN.

Mari kita wujudkan Indonesia yang lebih bercahaya…..akankah?

Load comments

0 Comments