Edisi jalan-jalan kali ini saya beri
judul “ menyisir Sumbawa barat “. Sayangnya pada edisi kali ini saya tidak
begitu detail dalam mengambil gambar…hiks..hiks. Padahal saya ingiiin banget
sharing informasi kepada semua pembaca. Key… kita mulai dengan dari mana saya
menyisir Sumbawa barat.
Saya
mengawali perjalanan ini dari rumah tentunya…hehe, rumah saya terletak di
Pringgasela, Lombok Timur. Bepergian jauh hanya dengan menunggangi si Revo
merah kesayangan saya, si Letter Z yang sudah menyambangi berbagai daerah
nusantara. Tepat pukul 9 pagi kami berangkat, menyusuri jalan propinsi Nusa
Tenggara barat yang menghubungkan pulau Lombok dan Sumbawa. Jalanan yang saya
susuri masih cukup lengang sehingga saya dapat memacu si Revo merah diatas 80
km/jam. Setiap ruas jalan saya temui inaq-inaq ( ibu-ibu ) bersarungkan
kain sambil memanggul dagangan mereka. Sebagai seorang keturunan sunda saya
merasa takjub dengan kaum ibu-ibu Lombok. Apa pasal ? inaq-inaq disini
tak ubahnya seorang kepala keluarga yang menjadi tulang punggung keluarga.
Padahal suami mereka bekerja dan memberikan mereka nafkah. Menurut informasi
yang saya dapatkan, seorang suku sasak yang tak bekerja meruapakan aib
bagi mereka. Ibu-ibu disini tak pernah letih bekerja, berjualan tiap hari,
apapun itu. Mau laku mau tidak, mereka tetap berkeliling kampung menjajakan
hasil jerih payah mereka. Pokoknya, siapapun….( selain orang sasak lho ya
)..yang menetap di Lombok pasti akan menemukan fenemona yang luar biasa
tersebut.
Pelabuhan Kayangan - Lombok
Untuk menyeberang lautan menuju pulau
Sumbawa kita perlu mengerluarkan uang sebesar Rp 50.000/motor. Layanan penyeberangan
dilakukan selama 24 jam non stop, gak usah khawatir pasti dapet kapal ferry
kok..hehe. Selama di ferry saya merasakan kekurangnyamanan. Suara berisik
penjual asongan yang “agak” maksa, pengemis “jadi-jadian”, pengamen yang gak
karuan (mending kalw enak) bikin kepala saya pusing, mabuk laut jadinya…mungkin
saat itu saya duduk di dok penumpang. Untuk mengusir rasa mual akhirnya saya jalan-jalan
mengitari ferry ( atas-bawah bolak balik gak karuan ). Saran bagi penumpang
ferry beginner : jalan-jalan gak karuan aja kayak saya, biar gak mual.
Ferry terkenal lemot, untuk jarak Lombok-sumbawa saja perlu 2 jam, padahal
pelabuhan poto tano sudah terlihat di pelupuk mata.
Sumbawa Barat
Membawa kendaraan di jalanan Sumbawa
harus ekstra hati-hati. Pasalnya, banyak gembalaan yang digembalakan di
pinggir-pinggir jalan. Diantaranya sapi, kerbau, kuda Sumbawa, domba…mereka
santai jalan-jalan di tengah jalan tanpa menghiraukan kendaraan yang berada di
depan dan belakang mereka. Maka bagi orang Sumbawa macet karena ada kerumunan
ribuan sapi sudah menjadi pemandangan yang biasa. Maka terkenallah satu produk
unggulan Sumbawa – susu kuda liar, ( padahal kudanya diternakin lho….hehe, coba
pikir gimana caranya memerah susu kuda yang lagi lari-larian ).
Jangan
mengharapkan mall di Sumbawa barat, alias gak ada sama sekali. Hanya ada satu
destinasi wisata yang bisa dikunjungi yaitu KTC – itu pusat pemerintahannya
kabupaten Sumbawa barat. Bangunan pemkab-nya ajib euy…kalw diliat-liat mirip
kayak white house-nya amrik. Sumbawa juga punya satu masjid yang lumayan
wah….namanya masjid Darussalam.
Masjidnya gede banget, kalw mau maen futsal
juga bisa…hehehe, lari-larian ampe ngos-ngosan pun bisa. Desain masdjidnya
ciamik, entah siapa yang desain, saya belum dapet info. Namun sayangnya,
kembali lagi dengan budaya kemalasan Indonesia…masjid segede itu dibiarin
kotor, kurang terawat…kegedean kali ya, capek ngepelnya. Udah dulu ya report
backpackernya – nanti saya sambung lagi dengan destinasi wisata lainnya… bubay…(kangWahyu)
0 Comments