Siapa sangka seorang pak /Eyang
Subur menjadi sangat fenomenal di Indonesia. PH infotainment ramai-ramai menyiarkan
sosok Eyang Subur hampir di seluruh media. Lebih dari 2 pekan isu mengenai
kesesatan/ajaran tidak benar Eyang subur menelan banyak isu penting bangsa.
Bahkan para penggemar Bola pun ikut ramai menonton debat konflik antara para
pengikut ES. Sekilas kita tafsirkan bahwa ES telah mengalihkan dunia.
Apa yang sebenarnya terjadi? Banyak
yang bertanya mengenai sosok asli seorang ES. Banyak yang bertanya darimana
kekayaan yang dimiliki ES. Terpublikasinya salam hormat yang tak biasa, dengan
cara “mengesot-ngesot” menjadi tanda Tanya besar publik. Benarkah ES sakti,
sehingga harus dihormati dengan cara merendahkan diri yang tak biasa.
Kemudian sosok ES diperdebatkan
banyak pihak, termasuk didalamnya adalah para artis yang telah merasa
disesatkan oleh ES. Sisi apa yang didebatkan ? ajarannnya kah?. Mari kita kupas
dari berbagai pandangan. Pertama, pandangan hukum. Hukum normatif kita perlu
data dan bukti yang valid serta otentik. Persidangan atas suatu kasus tak dapat
dimenangkan apabila tidak memiliki bukti yang kuat (nyata). Yang menjadi
masalah sekarang adalah doktrin/ajaran ES sulit untuk dibuktikan secara
faktual. Masalah ini adalah masalah absurd yang memang sulit untuk
dibahas dalam ranah hukum. Namun, suatu ajaran/doktrin yang melenceng hanya
dapat didiskuiskan dalam ranah agama.
Peran MUI dalam menyelasaikan
masalah ini sangat mendesak. Pasalnya, perdebatan yang tak berujung pangkal
tersebut lambat laun berubah menjadi
tontonan menarik masyarakat. tontonan tersebut benar-benar telah mengaburkan
isu-isu penting bangsa. Masyarakat kita bingung, benarkah ajaran ES menyimpang.
MUI patut sigap. Sigap dalam melakukan sidak, diskusi, analisis serta
penyimpulan akhir. Kesimpulan akhir MUI akan cukup meredam kepanikan
masyarakat. Sekali lagi, hukum normative kita tak dapat diandalkan untuk
menyelsaikan masalah ini. Biarkan MUI beserta perangkatnya menimbang dan
memutuskan doktrin ES. Masyarakat sudah sangat cerdas. Biarkan MUI yang menjadi
panglima dalam kasus ini.
Kedua, pandangan sosial kultur. Tak dapat
disangkal bahwa sebagian masyarakat kita merupakan masyarakat pengikut. Karakeristiknya
adalah mengikuti jejak sosok yang dianggap paling pas untuk menjadi tuntunan. Tanpa
disadari apakah yang dijadikan tuntunannya sesuai dengan akidahnya atau tidak. Perlu
dicatat bahwa orang yang BAIK, belum tentu BENAR. Namun yang BENAR, tentu sudah
barang tentu BAIK. ES dipahami para pengikuitnya sebagai “konsultan” masalah
kehidupan mereka. Apapun masalah yang terjadi maka ES-lah tempat konsultasinya.
Ketergantungan tersebut mengikat mereka untuk memberikan “hadiah-hadiah” kepada
ES, maka tak ayal kita menyaksikan kilauan harta-harta di kediaman ES. Entah darimana
datangnya seluruh perhiasan tersebut. Terasa ada yang aneh dan janggal.
Bagi siapapun, kita berenah diri. Kita
luangkan waktu sejenak apakah kita sedang/telah/akan mengikuti seseorang yang
tak tidak tahu asal usulnya. Kita adalah masyarakat cerdas, mari kita kritis
terhadap diri kita sendiri. Bila tak mampu menyelesaikan masalah-masalah
kehidupan, mari kita konsultasikan
kepada ulama yang telah teruji akidahnya, baik ibadahnya, baik perangainya, santun
sikapnya, dan takut kepada syubhat. Semoga Allah melindungi diri, hati
dan jiwa kita dari segala ajaran yang dibenci Allah. Amien
0 Comments