Sistem Ekonomi Terbuka


Sejarah membuktikan bahwa negara-negara yang menerapkan sistem tertutup, seperti Jepang dan Korea pada zaman dahulu, tidak hanya miskin, tetapi juga menjadi negara lemah. Cina pernah menerapkan sistem tertutup sebelum pintu itu diruntuhkan oleh kekuasaan barat. Sistem pintu tertutup yang diterapkan oleh pemerintahan dinasti Manchu menyebabkan kekuasaan pemerintah merosot. Dari negara militer dan maritim, china menjadi tidak berdaya sehingga terpaksa tunduk kepada kekuasaan yang lebih besar. Namun, china tidak akan membiarkan sejarah terulang kembali. Oleh karena itu, para pemimpin generasi baru belajar dari kesalahan para pemimpin yang terdahulu. Untuk mencapai kemajuan mereka bersikap lebih fleksibel dan pragmatik. Para pemimpin baru itu sadar bahwa mereka juga harus berpikiran terbuka jika ingin berada pada tahap yang lebih maju. 
Sikap keterbukaan harus ada untuk mencapai kemajuan. Hal itu telah diperlihatkan oleh berbagai bangsa. Orang Jepang maju karena mereka mau dan mampu belajar dari barat. Mereka pernah dijuluki sebagai bangsa yang hanya pandai meniru. Akan tetapi, hal itu tidak akan mematahkan semangat orang Jepang untuk terus belajar dan akhirnya mampu menciptakan tekonologi sendiri. Orang korea juga menjadi bangsa yang dihormati karena mereka berhasil mengaplikasikan teknologi barat dalam membangun negara dan bangsanya. China sempat mengalami kemunduran karena tidak mau menerima ilmu dan teknologi barat. Sikap egosentris yang kuat dan ego yang tinggi menyebabkan cina mengambil sikap berkonfrontasi, buka bekerja sama dengan pihak lain untuk kemajuan negara. 
Meskipun orang Jepang dan Korea belajar dari barat, mereka tidak berbauh menjadi barat. Sebaliknya, kedua negara tersebut masih tetap dengan identitas dan jati diri negara masing-masing. Dalam beberapa aspek, mereka masih bersikap kenservatif pada adat dan budaya dan warisan mereka. Dahulu, mereka tidak hanya menolak budaya yang datang dari barat, tetapi juga budaya yang datang dari negara timur lainnya. Bangsa itu menganggap kebudayaan dan ilmu pengetahuan mereka lebih tinggi daripada bangsa lain. Oleh karena itu mereka tidak menyukai bangsa barat, Jepang dan bangsa-bangsa lain yang dianggap sebagai golongan yang berpendapatan rendah. Mereka menyebut bangsa barat sebagai “hantu asing”. Jadi, tidak mungkin mereka belajar pada “hantu” yang paling mereka benci.
Sentiment seperti itu tentu saja akan merugikan china dalam waktu yang panjang. Akan tetapi, kemajuan negara tetangga mereka, seperti Jepang dan Korea Selatan, member dorongan kepada china untuk melakukan pembaruan dalam sistem ekonomi dan sosialnya. Sejak dahulu, produk china digemari dan disukai masyarakat. Barang yang diproduksi dan dikeluarkan china, seperti sutra, tembika dan lainnya mendapat tempat istimewa bagi para pedagang yang datang dari timur dan barat. Namun, setelah kemunduran china sebagi penguasa perdagangan, produk negara itu tidak lagi mendapat perhatian, apalagi mendapat sambutan dari konsumen. Kalaupun ada permintaan, hal itu hanya berkisar para produk makanan dalam kaleng, tanaman obat, sayuran, buah buahan dan bahan baju. 
Sebelumnya, china tidak pernah dipandang sebagai penghasil utama produk-produk berteknologi tinggi. Namun, sekarang pandangan itu telah berubah. Permintaan atas produk tekonologi yang dihasilkan di china semakin tinggi. Selain murah, produk tersebut juga mudah didapati di berbagai tempat. Malah produk elektrikdan elektronik buatan china membanjiri pasar dunia. Begitu juga dengan produk seperti komputer, jam tangan, peralatan dapur dan sebagainya. Perusahaan yang mempunyai profil elite tidak ragu-ragu dan malu lagi untuk menggunakan merek “made in china” pda produk yang mereka keluarkan dan pasarkan. Anggapan bahwa produk tersebut bermutu rendah sudah tidak ada lagi. Produk china tidak lagi merusak pasaran, tetapi telah menguasai pasaran dunia. 

Keadaan yang dialami china juga pernah dialami oleh kumpulan negara naga kecil seperti Jepang, Korea Selatan, Hong Kong, Taiwan, Singapura, Thailand, dan juga Malaysia. Sekitar 40 tahun yang lalu, produk Jepang kurang diminati karena dianggap tidak berkualitas jika dibandingkan dengan produk keluaran Eropa dan Amerika Serikat. Pada masa itu, produk keluaran barat begitu diagung agungkan oleh konsumen dunia. Namun, dewasa ini produk keluaran Asia mulai mendapat pengakuan dari masyarakat internasional sebagai salah satu yang terbaik dan bermutu tinggi.
Sebenarnya, fenomena tersebut juga dialami oleh negara yang baru bergerak dalam sektor perindustrian, misalnya Korea Selatan. Pasa tahap awal, negara tersebut menghadapi kesulitan dalam menjual dan memasarkan produknya ke negara-negara maju. Namun, sekarang produk Korea Selatan laris dan disukai oleh konsumen, baik dari segi negara maju maupun negara berkembang. Produk Korea Selatan berhasil dipasarkan di negara maju dan juga di negara yang tidak maju, kononn di Ethiopia sekalipun. Akan tetapi untuk menjadi negara yang berpengaruh dalam bidang ekonomi tidaklah mudah. Banyak lika iku yang harus dilalui. Terkadang untuk tumbuh menjadi negara maju, diperlukan waktu hingga satu abad.
Dalam hal ini, china bernasib baik karena tidak memiliki kesulitan untuk memasarkan produknya, seperti yang dialami Jepang dan Korea Selatan. Hal itu disebabkan pasaran china telah ada di kebanyakan negara Asia, Eropa, dan Amerika Serikat. Penduduk yang berasal dari china bertebaran di seluruh dunia. Mereka adalah pembeli, pengguna, serta penyalur produk cina telah tersedia. Orang china terjun ke dalam bidang perdagangan dan menjadi agen pemasaran produk cina merupakan suatu tradisi. Oleh karena itu, produk china cepat tersebar dan mampu bersaing dengan produk dari negara yang terlebih dahulu ada di pasaran dunia. Selain pemasaran yang luas, faktor keberhasilan china adalah harga produk yang murah dan kualitasnya pun dapat diuji.
Jika dibandingkan dengan Jepang dan Korea Selatan yang menghadapi masalah tenaga kerja yang mahal, china mempunyai tenaga kerja yang murah, banyak, dan mudah diperoleh. Jadi, nilai biaya operasi dan pengeluaran sektor industri china minimal. Ha tersebut menjadi faktor lebih china bersaing dalam sektor ekonomi. Meskipun keterlibatannya dalam sektor ini masih baru, cina memiliki faktor yang diperlukan untuk membangun sektor ekonomi. Jika semua faktor itu dapat diberdayakan secara menyeluruh, cina akan muncul sebagai penguasa baru dalam bidang ekonomi yang tidak ada tandingannya. 

Load comments

0 Comments