Setelah bertemu sahabat lama dan makan-makan ganteng di rumah
Shohe, kamipun bersiap untuk berjalan-jalan keliling KL. Saya memakai batik
kebanggaan yang Cuma beli Rp 55.000 satu setelnya… hahaha.
Dari Jakarta kami bertiga, sedangkan dari KL ada Shohe dan
Farli yang ikut membantu kami menunjukkan jalan. Nah ini yang bingung, karena
kami berlima maka tidak mungkinlah kami naik Grabcar bersama-sama. Akhirnya sebagai
tuan rumah, Shohe memilih untuk naik Motor sendiri.
Oiya ada cerita unit mengenai armada di Malaysia. Gini, yang
unik adalah orang kita yaitu orang Indonesia bisa pakai motor dan mobil dengan
lisensi dari Indonesia. Asli lho.. lalu kalw orang setempat ingin membawa
barang di motor, maka wajib hukumnya memakai aksesoris seperti box motor
dibelakang dan keranjang motor di tengah jok setir. So, semua motor disana
terlihat rapih walau udah butut, karena barang belanjaan atau apapn itu gak
digantung di pinggiran motor kaya kita. Itu motor, lain lagi dengan mobil. Untuk
harga second mobil terbilang sangat terjangkau. Betapa tidak, pendapatan
rata-rata orang Malaysia adalah 3 kali pendapatan harian orang kita. Tapi harga
mobil dibawah harga mobil di Indonesia, gimana gak murah coba. Makanya dari
situlah sahabat saya bisa beli mobil second. Jadi ngiri pak …..
Hal unik kedua, mengenai STNK. Di kita yang namanya STNK itu
wajib disimpan serapat rapatnya, khawatir jaatuh atau diambil oleh orang lain. Beda
sama disono, STNK itu ditempel di Mobil pak, asli… ditempel gitu aja di kaca
mobil dan ada keterangan kepemilikan dll. Hal unik ketiga, disana nyimpen motor
dan mobil bisa disembarang tempat alias aman jaya di udara. Kata Shohe, karena
kesejahteraan tinggi, jadi masyarakat setempat juga mikir 2 kali buat nyolong
barang orang lain. Wahahahaha… kalw dikita nyimpen motor malem-malem dimana aja
langsung raib… wkwkwk
Skip skip.. balik lagi ke awal
Kami memutuskan untuk menuju stesen ( stasiun KRL ) terdekat
dari tempat tinggal Shohe di Gombak. Dan yang paling terdekat adalah Stesen
Taman Melati. Sejuk nian udara sekitar Gombak sini, semilir angin siang menuju
sore saya nikmati dalam kendaraan menuju Stesen. Sepanjang perjalanan kami
menuju Stesen Taman Melati, banyak percakapan seru yang selalu diawali oleh
pertanyaan si Botak Ilham.
Skip skip… sampe Stesen Taman Melati, Taraaa…. Saatnya naik
RAPID KL. Seruuu !
Enaknya disini sudah ada Vending Machine untuk tiketnya. Waktu
itu dalam perjalanan Stesen Taman Melati – Masjid Jamek KL hanya membayar 2.5
RM. Kalw dihitung hitung hampir sama sih dengan harga KRL Jabodetabek. Tidak
lupa kami jepret jepret gitu didalam koridor… wkwkwk, katro. Eitsss, demi
sebuah eksistensi apa bolah buat… apalagi kami masih dalam batas kewajaran. Hahahaha
…. Tuh, banyak kan foto-foto katroknya.
Setibanya kami di Stesen Masjid Jamek KL, masing-masing
mengeluarkan koin tiket Rapid KL untuk keluar dari zona Stesen. Dan
careless-nya saya adalah, lupa dimana nyimpen itu Koin Biru… hadeuh, 4 orang
teman saya sudah berada diluar zona Stesen, sedangkan saya masih terjebak
didalam. Ya sudah, saya kena penalty. Wih,, gede pak. Saya diminta bayar 9 RM
lagi, geelaaa …. Rp 3.200 x 9 RM, itung dah sendiri berapa nomilnya. Eh pas
udah keluar stesen, ternyata si Koin nyempil di saku celana sebelah kiri…. ^ _^. Cuss Masjid Jamek pak …
Masjid Jamek ini dulu adalah primadonya masyarakat KL. Karena
masjid ini adalah bukti sejarah pertumbuhan Malaysia dari masa ke masa.
Bentuknya sangat klasik, karena ini dibangun masih pada penjajahan Inggirs. Oiya,
masalah penjajahan …. Katanya sih lebih enak dijajah Inggris disbanding Belanda
pak. Beda pokoknya, coba cek Negara jajahan Inggris seperti Malaysia, Hongkong,
India. Intelek pak … dan berpendidikan. Ahhh ngaco, kemana mana ceritanya… Back
to cerita awal.
Setelah mendirikan Shalat Ashar, Farli pamitan kepada kami
karena dia ada jadwal pengajian di daerah KL. Wih, besar juga Ghirah ngaji di
perantauan ya …. Ya, saya tau itu dan pernah merasakannya dulu saat berada di
Hongkong. Lalu kami tentukan arah selanjutnya, Shohe ajak kami ke tempat yang
paling dekat dulu. Dataran Merdeka adalah the closest one. Cukup berjalan kaki
dari Masjid Jamek sekitar 100 meter saja cukup. Seru juga ada di tempat ini …..
saya abadikan beberapa momen katrok bersama sahabat-sahabat saya.. taraaa…
Enak banget suasananya disini. Hijau hijau gimana gitu. Entah
pokoknya nyaman dan friendly banget berada disini. Sukaa….. . Ditengah keseruan kami potret potret, ada
sesosok pria paruh baya mendekati kami, dan Aang langsung mendekatinya. Eh ternyata
dia adalah sepupunya Aank. Dari umur memang lebih tua, namun dari segi silsilah
keluarga Aank lebih “senior” dari sepupunya. Beruntung sepupunya datang bawa
mobil pribadi hasil kerja kerasnya di Malaysia. Sebuah mobil Perodua siap
mengantar kami keliling KL lebih nyaman lagi … ihiwwww. Tanpa babibu … kami
masuk kedalam mobil sepupu Aank. Ademmm, nyaman. Percakapan didalam mobil
adalah percakapan orang Madura. Saya ga ngerti sama sekali apa yang mereka
bicarakan.. masa bodo, yang penting bisa lihat suasana KL disiang hingga sore
hari.
Shohe tanya kami, jadi kalian kapan mau ke Singapura ? ….” Ya
kalw bisa sih besok. Ada ga armada yang bisa kita naiki kalw bisa sih yang
terjangkau.?”. Adalah pak …. Kalian bisa pakai 2 alternatif, alternatif pertam
adalah Kereta dan yang kedua Bis. Shohe dan sepupunya sepakat kalw kami naik
kereta saja ke Singapura. LCGC Perodua-nya ditancap habis ke KL Sentral. Tiba di
KL Setral kami langsung menuju ticketing dan bagian Informasi. Dan hasilnya
adalahhh … hahaha, gak ada. Sekarang sudah gak ada. Bilapun ada ribet, naik
turun gitu. Ogah kataku ….
Setelah mendapatkan hasil nihil di KL Sentral, kamipun cus ke
Terminal Bersepadu Selatan. Ini terminal bis yang terintegrasi dari sudut
Malaysia manapun. Gila desain bangunannya keren pak. Sumpah …. Ini sih mirip
sama Bandara yang ada di Indonesia. Akhirnya kami bertiga memilih Bis StartMart
Ekspress dengan harga 45 RM ( Rp 3.200 x 45 Rm = Rp 144.000 ). Gilaaa murah pak
… masalahnya perjalanan ditempuh dalam waktu tempuh 5-7 jam. Selain itu, katanya
semua seat-nya ada fasilitas pijatnya. Ahhh, demen bener…
Pokoknya nyaman banget. Karena perut lapar, Sepupu aank
ngajak kami makan malam dan tertunya harapanya ditraktir …. Hahahaha. Saya memilih
nasi lemak. Emang benar, nasi lemak itu adalah nasi uduk. Teksturnya mirip
dengan uduk di kita. Sayang saya ga cocok dengan sambalnya, ga enak. Saya malah
lebih suka dengan sambail hijaunya…. Pedaaaaas. Oiya, mengenai keunikan makan
di Resto didalam Terminal Bersepadu Selatan ini adalah, konsumen harus beli
token dulu ke merchant. Setelah membeli token, maka bisa ditukar dengan menu
apa saja yang sesuai dengan anggaran yang kita deposit di kartu tokennya.
Karena sudah larut, dan kamipun harus bersegera mempersiapkan
diri masuk ruang tunggu pemberangkatan, maka Shohe dan sepupunya Aank pun pamit
pulang. Kami lihat jam tangan, ternyata masih ada 1 jam menuju pembarangkatan,
iseng kami nyoba fasilitas pijat bayar. 2RM buat 5 menit.. hahaha, bentaran doang
si… nyoba. Enak juga….
Niatnya sih saya bawa bekal dari TBS yaitu semisal hotdog
atau burger. Sayang udah pada tutup. Untuk sekedar informasi, harga burger
disini rata-rata 7-8 RM saja. Terbilang sangat terjangkau lah. Hmmm, kamipun
masuk ruang tunggu TBS. MasyaAllah sangat-sangat tertib dan nyaman. Sepertinya terminal
terpadu Pulogebang itu niru TBS deh.. jadi ruang tunggu Bis itu sudah langsung
keluar dan masuk bis. Sangat nyaman jadinya. Yang seru adalah saat itu,
boarding room kami dijaga oleh Gadis Melayu yang sangat menawan. Asli, jujur,
cakepppp banget.. hahaha, saya curi curi foto doi. Hahaha. Pengalaman yang seru
deh …. Next artikel yah …
2 Comments