Untold Story Malaysia dan Singapura – Part 4 ( Dataran Merdeka, KL Sentral, Terminal Bersepadu Selatan, Beach Road – Singapura )


Setelah bertemu sahabat lama dan makan-makan ganteng di rumah Shohe, kamipun bersiap untuk berjalan-jalan keliling KL. Saya memakai batik kebanggaan yang Cuma beli Rp 55.000 satu setelnya… hahaha.  
 
Dari Jakarta kami bertiga, sedangkan dari KL ada Shohe dan Farli yang ikut membantu kami menunjukkan jalan. Nah ini yang bingung, karena kami berlima maka tidak mungkinlah kami naik Grabcar bersama-sama. Akhirnya sebagai tuan rumah, Shohe memilih untuk naik Motor sendiri. 

Oiya ada cerita unit mengenai armada di Malaysia. Gini, yang unik adalah orang kita yaitu orang Indonesia bisa pakai motor dan mobil dengan lisensi dari Indonesia. Asli lho.. lalu kalw orang setempat ingin membawa barang di motor, maka wajib hukumnya memakai aksesoris seperti box motor dibelakang dan keranjang motor di tengah jok setir. So, semua motor disana terlihat rapih walau udah butut, karena barang belanjaan atau apapn itu gak digantung di pinggiran motor kaya kita. Itu motor, lain lagi dengan mobil. Untuk harga second mobil terbilang sangat terjangkau. Betapa tidak, pendapatan rata-rata orang Malaysia adalah 3 kali pendapatan harian orang kita. Tapi harga mobil dibawah harga mobil di Indonesia, gimana gak murah coba. Makanya dari situlah sahabat saya bisa beli mobil second. Jadi ngiri pak ….. 

Hal unik kedua, mengenai STNK. Di kita yang namanya STNK itu wajib disimpan serapat rapatnya, khawatir jaatuh atau diambil oleh orang lain. Beda sama disono, STNK itu ditempel di Mobil pak, asli… ditempel gitu aja di kaca mobil dan ada keterangan kepemilikan dll. Hal unik ketiga, disana nyimpen motor dan mobil bisa disembarang tempat alias aman jaya di udara. Kata Shohe, karena kesejahteraan tinggi, jadi masyarakat setempat juga mikir 2 kali buat nyolong barang orang lain. Wahahahaha… kalw dikita nyimpen motor malem-malem dimana aja langsung raib… wkwkwk

Skip skip.. balik lagi ke awal 

Kami memutuskan untuk menuju stesen ( stasiun KRL ) terdekat dari tempat tinggal Shohe di Gombak. Dan yang paling terdekat adalah Stesen Taman Melati. Sejuk nian udara sekitar Gombak sini, semilir angin siang menuju sore saya nikmati dalam kendaraan menuju Stesen. Sepanjang perjalanan kami menuju Stesen Taman Melati, banyak percakapan seru yang selalu diawali oleh pertanyaan si Botak Ilham.

Skip skip… sampe Stesen Taman Melati, Taraaa…. Saatnya naik RAPID KL. Seruuu ! 

Enaknya disini sudah ada Vending Machine untuk tiketnya. Waktu itu dalam perjalanan Stesen Taman Melati – Masjid Jamek KL hanya membayar 2.5 RM. Kalw dihitung hitung hampir sama sih dengan harga KRL Jabodetabek. Tidak lupa kami jepret jepret gitu didalam koridor… wkwkwk, katro. Eitsss, demi sebuah eksistensi apa bolah buat… apalagi kami masih dalam batas kewajaran. Hahahaha …. Tuh, banyak kan foto-foto katroknya. 





Setibanya kami di Stesen Masjid Jamek KL, masing-masing mengeluarkan koin tiket Rapid KL untuk keluar dari zona Stesen. Dan careless-nya saya adalah, lupa dimana nyimpen itu Koin Biru… hadeuh, 4 orang teman saya sudah berada diluar zona Stesen, sedangkan saya masih terjebak didalam. Ya sudah, saya kena penalty. Wih,, gede pak. Saya diminta bayar 9 RM lagi, geelaaa …. Rp 3.200 x 9 RM, itung dah sendiri berapa nomilnya. Eh pas udah keluar stesen, ternyata si Koin nyempil di saku celana sebelah kiri….  ^ _^.  Cuss Masjid Jamek pak … 

Masjid Jamek ini dulu adalah primadonya masyarakat KL. Karena masjid ini adalah bukti sejarah pertumbuhan Malaysia dari masa ke masa. Bentuknya sangat klasik, karena ini dibangun masih pada penjajahan Inggirs. Oiya, masalah penjajahan …. Katanya sih lebih enak dijajah Inggris disbanding Belanda pak. Beda pokoknya, coba cek Negara jajahan Inggris seperti Malaysia, Hongkong, India. Intelek pak … dan berpendidikan. Ahhh ngaco, kemana mana ceritanya… Back to cerita awal.

Setelah mendirikan Shalat Ashar, Farli pamitan kepada kami karena dia ada jadwal pengajian di daerah KL. Wih, besar juga Ghirah ngaji di perantauan ya …. Ya, saya tau itu dan pernah merasakannya dulu saat berada di Hongkong. Lalu kami tentukan arah selanjutnya, Shohe ajak kami ke tempat yang paling dekat dulu. Dataran Merdeka adalah the closest one. Cukup berjalan kaki dari Masjid Jamek sekitar 100 meter saja cukup. Seru juga ada di tempat ini ….. saya abadikan beberapa momen katrok bersama sahabat-sahabat saya.. taraaa…





Enak banget suasananya disini. Hijau hijau gimana gitu. Entah pokoknya nyaman dan friendly banget berada disini. Sukaa…..  . Ditengah keseruan kami potret potret, ada sesosok pria paruh baya mendekati kami, dan Aang langsung mendekatinya. Eh ternyata dia adalah sepupunya Aank. Dari umur memang lebih tua, namun dari segi silsilah keluarga Aank lebih “senior” dari sepupunya. Beruntung sepupunya datang bawa mobil pribadi hasil kerja kerasnya di Malaysia. Sebuah mobil Perodua siap mengantar kami keliling KL lebih nyaman lagi … ihiwwww. Tanpa babibu … kami masuk kedalam mobil sepupu Aank. Ademmm, nyaman. Percakapan didalam mobil adalah percakapan orang Madura. Saya ga ngerti sama sekali apa yang mereka bicarakan.. masa bodo, yang penting bisa lihat suasana KL disiang hingga sore hari. 

Shohe tanya kami, jadi kalian kapan mau ke Singapura ? ….” Ya kalw bisa sih besok. Ada ga armada yang bisa kita naiki kalw bisa sih yang terjangkau.?”. Adalah pak …. Kalian bisa pakai 2 alternatif, alternatif pertam adalah Kereta dan yang kedua Bis. Shohe dan sepupunya sepakat kalw kami naik kereta saja ke Singapura. LCGC Perodua-nya ditancap habis ke KL Sentral. Tiba di KL Setral kami langsung menuju ticketing dan bagian Informasi. Dan hasilnya adalahhh … hahaha, gak ada. Sekarang sudah gak ada. Bilapun ada ribet, naik turun gitu. Ogah kataku ….
Setelah mendapatkan hasil nihil di KL Sentral, kamipun cus ke Terminal Bersepadu Selatan. Ini terminal bis yang terintegrasi dari sudut Malaysia manapun. Gila desain bangunannya keren pak. Sumpah …. Ini sih mirip sama Bandara yang ada di Indonesia. Akhirnya kami bertiga memilih Bis StartMart Ekspress dengan harga 45 RM ( Rp 3.200 x 45 Rm = Rp 144.000 ). Gilaaa murah pak … masalahnya perjalanan ditempuh dalam waktu tempuh 5-7 jam. Selain itu, katanya semua seat-nya ada fasilitas pijatnya. Ahhh, demen bener…







Pokoknya nyaman banget. Karena perut lapar, Sepupu aank ngajak kami makan malam dan tertunya harapanya ditraktir …. Hahahaha. Saya memilih nasi lemak. Emang benar, nasi lemak itu adalah nasi uduk. Teksturnya mirip dengan uduk di kita. Sayang saya ga cocok dengan sambalnya, ga enak. Saya malah lebih suka dengan sambail hijaunya…. Pedaaaaas. Oiya, mengenai keunikan makan di Resto didalam Terminal Bersepadu Selatan ini adalah, konsumen harus beli token dulu ke merchant. Setelah membeli token, maka bisa ditukar dengan menu apa saja yang sesuai dengan anggaran yang kita deposit di kartu tokennya. 

Karena sudah larut, dan kamipun harus bersegera mempersiapkan diri masuk ruang tunggu pemberangkatan, maka Shohe dan sepupunya Aank pun pamit pulang. Kami lihat jam tangan, ternyata masih ada 1 jam menuju pembarangkatan, iseng kami nyoba fasilitas pijat bayar. 2RM buat 5 menit.. hahaha, bentaran doang si… nyoba. Enak juga….

Niatnya sih saya bawa bekal dari TBS yaitu semisal hotdog atau burger. Sayang udah pada tutup. Untuk sekedar informasi, harga burger disini rata-rata 7-8 RM saja. Terbilang sangat terjangkau lah. Hmmm, kamipun masuk ruang tunggu TBS. MasyaAllah sangat-sangat tertib dan nyaman. Sepertinya terminal terpadu Pulogebang itu niru TBS deh.. jadi ruang tunggu Bis itu sudah langsung keluar dan masuk bis. Sangat nyaman jadinya. Yang seru adalah saat itu, boarding room kami dijaga oleh Gadis Melayu yang sangat menawan. Asli, jujur, cakepppp banget.. hahaha, saya curi curi foto doi. Hahaha. Pengalaman yang seru deh …. Next artikel yah …

Load comments

2 Comments