Jangan Takut Naik Gunung


 Saya merupakan seorang penikmat alam. Salah satu olahraga yang saya cintai adalah mendaki gunung. Mungkin diantara anda juga ada yang menjadi seorang penikmat alam seperti saya. Adrenalin terasa memuncak saat melakukan perjalanan menyusuri alam. Entah apa yang mendorong saya untuk selalu cinta pada alam, namun hobi jalan-jalan dan melihat pemandangan menjadi sebuah kecintaan yang harus saya jaga dengan erat. Dinding kamar saya penuh dengan poster-poster gunung-gunung tertinggi di dunia, diantaranya adalah Kilimanjaro, cartenz, everest, Vincent massif, denali, acocagua, elbrus. Saat menatap poster-poster itu ada rasa haru untuk berdiri di puncak gunung-gunung tersebut.
Saya memang baru 2 kali mendaki gunung, diantaranya adalah gunung salak pada awal tahun 2011 dan gunung gede pada akhir 2011. Pendakian tersebut memberikan kesan yang teramat manis bagi saya. Olahraga mendaki gunung membentuk karakter manusia yang peduli akan lingkungan dan alam serta membentuk kepeduliaan terhadap sesama. Betapa tidak, saat melakukan pendakian bersama-sama, selain kita harus memikirkan diri sendiri pun kita harus memikirkan teman pendaki yang lain. Inti dari sebuah pendakian bukanlah seberapa cepat kita dapat menempuh perjalanan menuju puncak, namun seberapa peduli kita terhadap kondisi diri dan sahabat-sahabat pendaki yang lain. Sikap ego dalam pendakian menjadi sebuah hambatan yang akan menyebabkan sebuah malapetaka.
klik untuk pesan
Beberapa teman saya mengatakan bahwa olahraga mendaki gunung rentan dengan kematian. Sehingga hal tersebut membuat nyali sebagian teman-teman saya menciut. Peristiwa meninggalnya wakil menteri ESDM bapak Widjajono Partowidagdo yang melakukan pendakian gunung di NTB (21/04/12) menambah “rasa  khawatir, was-was dan takut” teman-teman saya. Maka pada forum ini saya ingin memperjelas konsep kematian dalam islam. Islam menjelaskan bahwa seorang hamba Allah tidak akan tahu dimana dan kapan tepatnya dia wafat. Hanya Allah semata yang mengetahui akan hal itu. Oleh sebab itu, kita pun dapat mengambil kesimpulan bahwa kematian itu bisa saja terjadi saat kita sedang membaca Koran di depan rumah, atau sedang bersantai-santai besama keluarga. Hal-hal yang kita anggap remeh tidak dapat kita duga menjadi sebuh fenomena kematian. Maka sebaliknya banyak orang yang melakukan hal-hal ekstrem, diluar jangkauan manusia biasa namun mampu survive dan tetap hidup untuk jangka waktu yang cukup lama. Maka kita tidak dapat menyimpulkan begitu saja bahwa olahraga mendaki gunung adalah olahraga penuh kematian. Apabila ada orang yang mengatakan demikian, maka akan saya katakana bahwa sepakbola adalah olahraga penuh kematian. Apa pasal ? banyak supporter yang saling serang dengn kubu lain hingga menelan banyak korban luka, bahkan mati. Banyak para pemain sepak bola yang kakinya terkilir hingga tidak dapat berjalan sama sekali.
Jadi untuk para pemula, dan yang berkeinginan untuk melakukan aktivitas mendaki gunung yakinlah bahwa kita tidak dapat memastikan dimana dan kapan kita akan meninggal. Memang saya menyadari bahwa olahraga mendaki gunung dapat menyebabkan kematian. Kehabisan bekal saat pendakian, tidak mempersiapkan pendakian dengan cukup, memaksakan kondisi kesehatan yang buruk untuk pendakian, melakukan hal-hal sembrono saat melakukan pendakian sangat berpotensi menyebabkan kematian saat melakukan pendakian. Kelelahan, tersesat, tidak tahu jalan dan lain sebagainya. Oleh karena itu persiapan yang matang, perbekalan yang cukup, pengetahuan akan landmark pendakian dibuthkan untuk meminimalisir hal-hal yang tidak kita inginkan.
Bagi para pendaki gunung…mari kita cintai alam dan menjaganya!!
MARIIIIIIIII…..
baca

Load comments

0 Comments